18 April 2009

explanatory with a dot.

belakangan ini saya sering menyesal ketika harus dan terpaksa menjelaskan suatu perihal. secara impulsif, i did it. tapi semua penjelasan itu tidak membuat segala sesuatunya lebih baik. hanya menambah beban moral ketika suatu pernyataan yang terucap berubah menjadi fakta, lalu menjadi common sense. namun diartikan secara subjektif.

yes, subjektivitas tingkat tinggi. karena kita individu yang berbeda, pemikiran yang berbeda, hati yang berbeda mengolah pesan yang dikirim oleh komunikator secara berbeda. mungkin itulah mengapa kita sering bertanya akan makna dibalik pesan yang disampaikan. bahasa yang sama pun bukan jaminan dalam sebuah komunikasi yang terjalin.

ah bahkan saya bingung memberikan penjelasan ketika:
ibu bertanya, "ih ngapain malam-malam melukis sepatu di kosan teman?!", padahal saya berusia 21 tahun dan waktu menunjukkan pukul 10 malam.
atau ketika teman-teman dan mantan pacar saya menyimpulkan, kemudian disaat yang bersamaan juga menanyakan kedekatan saya dengan seorang teman. (yang menurut saya pribadi) ini adalah kesimpulan yang mereka tarik sendiri. sebuah kondisi yang terkonstruksi bukan karena saya seorang, melainkan dia, kalian, and everyone else.

wiseman said:
never explain. your friends do not need it and your enemies will not believe you anyway.


ah bersyukurlah sebuah penjelasan diakhiri dengan tanda titik. bukan titik-titik. explanation without dots, but only dot. hanya butuh untuk kamu. bukan kamu..kamu..kamu..*

2 comments:

  1. ajak aj mantan pacarnya melukis sepatu brg dgn tmn yg didekatinya itu...pasti seru....!!!

    -udnz-

    ReplyDelete